al-hikmah.id Dengan berbagai motif alasan, berkurban sekaligus niat aqiqah banyak ditemukan di kalangan masyarakat. Yang sebenarnya dalam permasalahan ini, terdapat perbedaan pendapat di antara ulama.

Imam Ibnu Hajar dan mayoritas ulama berpendapat tidak cukup. Bahkan apabila tetap dilakukan, maka kurban sekaligus aqiqahnya tidak sah. Dalam kitabnya yang berjudul Tuhfah al-Muhtaj dijelaskan:

{ تحفة المحتاج هامش السرواني الجزء السابع ص ٣٦٩ }
لَوْ نَوَى بِشَاةٍ الْأُضْحِيَّةَ وَالْعَقِيقَةَ لَمْ تَحْصُلْ وَاحِدَةٌ مِنْهُمَا وَهُوَ ظَاهِرٌ؛ لِأَنَّ كُلًّا مِنْهُمَا سُنَّةٌ مَقْصُودَةٌ وَلِأَنَّ الْقَصْدَ بِالْأُضْحِيَّةِ الضِّيَافَةُ الْعَامَّةُ وَمِنْ الْعَقِيقَةِ الضِّيَافَةُ الْخَاصَّةُ وَلِأَنَّهُمَا يَخْتَلِفَانِ فِي مَسَائِلَ

“Apabila seseorang berkurban dengan kambing dan sekaligus niat aqiqah maka masing-masing dari keduanya tidak sah. Dan itu sudah jelas. Karena masing-masing hukumnya sunah dan menjadi tujuan tersendiri. Kurban tergolong hidangan yang bersifat umum. Sementara aqiqah tergolong hidangan yang bersifat khusus. Dan keduanya memiliki perbedaan dalam banyak permasalahan.”

Dalam fatwanya, Imam Ibnu Hajar juga menegaskan:

{ فتاوى الفقهية الكبرى الجزء التاسع صفحة ٢٥٦ }
أَنَّهُ لَا تَدَاخُلَ فِي ذَلِكَ لِأَنَّ كُلًّا مِنْ الْأُضْحِيَّةِ وَالْعَقِيقَةِ سُنَّةٌ مَقْصُودَةٌ لِذَاتِهَا وَلَهَا سَبَبٌ يُخَالِفُ سَبَبَ الْأُخْرَى وَالْمَقْصُودُ مِنْهَا غَيْرُ الْمَقْصُودِ مِنْ الْأُخْرَى إذْ الْأُضْحِيَّةُ فِدَاءٌ عَنْ النَّفْسِ وَالْعَقِيقَةُ فِدَاءٌ عَنْ الْوَلَدِ

“Sesungguhnya permasalahan itu tidak bisa saling gabung. Karena masing-masing dari kurban dan aqiqah memiliki kesunahan, sebab, dan tujuan tersendiri yang tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Karna kurban sebagai tebusan untuk diri sendiri dan aqiqah sebagai tebusan dari anak yang dilahirkan.”

Namun Imam ar-Ramli memilih pendapat boleh dan sah untuk permasalahan ini. Dalam kitabnya yang berjudul Nihayah al-Muhtaj dijelaskan:

{ نهاية المحتاج الجزء الثامن ص ١٤٥ }
وَلَوْ نَوَى بِالشَّاةِ الْمَذْبُوحَةِ الْأُضْحِيَّةَ وَالْعَقِيقَةَ حَصَلَا خِلَافًًً لِمَنْ زَعَمَ خِلَافَهُ

“Apabila seseorang niat pada kambing yang disembelih untuk dijadikan kurban sekaligus aqiqah maka keduanya hasil (sah). Hal jnj berbeda dengan ulama (Ibnu Hajar) yang berpendapat sebaliknya.”

Pola pikir yang mendasari pendapat kedua ini adalah kurban dan aqiqah merupakan ibadah yang jenis dan tujuannya sama, yakni menyembelih hewan untuk hidangan. Sebagaimana dalam kaidah fikih:

{ الاشباه والنظائر صفحة ١٢٦ }
إذَا اجْتَمَعَ أَمْرَانِ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ وَلَمْ يَخْتَلِفْ مَقْصُودُهُمَا دَخَلَ أَحَدُهُمَا

“Ketika dua perkara dalam satu jenis berkumpul dan tujuan keduanya tidak berbeda, maka salah satu masuk pada yang lain.”

Wallahu A’lam bis Showab
Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam
Durjan Kokop Bangkalan

Menggabungkan Qurban dan Aqiqah bolehkah.?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *